Jumat, 06 April 2012

Bridge To Therabithia (bagian 2)


 Kutipan Novel :

 
Di suatu desa ada seorang anak laki-laki bernama Jesse Oliver Aarons, Jr. Selama musim panas, ia berlatih lari agar menjadi pelari tercepat di kelas lima saat sekolah dimulai lagi. Ia ingin menjadi yang paling cepat dan terbaik.
Di pagi hari yang dingin itu, anak laki-laki itu lari melintasi halaman. Tetapi ketika menjelang siang ketika ibunya menyuruhnya bekerja, hari sudah cukup panas. Anak laki-laki itu selalu mulai dari sudut barat laut ladang, membungkuk seperti yang dilakukan para pelari.
Ia berlari di sekeliling ladang sapi. Sapi betina yang bernama Nona Bessie berjalan mengikuti Jess sambil mengunyah perlahan. Sapi betina itu ternyata cukup pandai untuk mengindar dari Jess. Jess tidak pernah belajar lari dengan benar, tetapi kakinya panjang untuk anak berusia sepuluh tahun. Jess bersekolah di Sekolah Dasar Lark Creek. Tahun lalu Jess menang, bukan saja pada putaran pertama tetapi keseluruhan perlombaan itu. May Belle jadi bangga sekali. Kakaknya adalah yang tercepat, yang terbaik. 
Jess telah berlari terlalu lama sehingga May

Belle ditugaskan ibu untuk menyuruhnya pulang dan makan. Ellie dan Brenda adalah saudara perempuan Jess, sesampainya Jess yang berkeringat itu di rumah Ellie dan Brenda mengejek Jess yang berkeringat dan bau itu. Ibunya kemudian menyuruh Jess untuk membersihkan diri dan mengganti baju.
Setelah itu, May Belle datang memberi tahunya di ladang buncis, bahwa ada orang yang pindah ke tanah pertanian sebelah. Pada keesokan harinya anak yang baru pindah itu menyapa Jesse dan dia memperkenalkan diri. Anak perempuan itu bernama Leslie Burke.
Ternyata Leslie disekolahkan di SD Lark Creek dan sekelas dengan Jess. Di kelas itu teman-teman amatlah menjengkelkan dan sangat suka mengganggu, Jess sering diganggu dan ternyata anak baru itu membelanya. 
Pada saat pelajaran olah raga, Jess berlari dan teman-temannya tidak dapat mengejar tetapi seseorang bergerak ke depan sehingga Jess mempercepat larinya tetapi Leslie sudah duluan tiba di garis finish. Setelah kejadian itu Jess menganggap berlari tidak lagi menyenangkan dia tahu sekarang bahwa ia tidak akan pernah menjadi pelari terbaik di kelas empat dan lima. Tapi satu-satunya yang membuatnya agak terhibur adalah saingannya juga. Ketika ada perlombaan Leslie kembali menang.
Pada suatu hari Jess dan Leslie berlari ke ladang kosong di belakang rumah Leslie. Lalu mereka turun menuju dasar sungai kecil yang kering. Hari itu musim gugur yang cerah, Jess bersandar ke belakang dan menikmati langit yang berwarna cerah. Leslie berbicara padanya bahwa mereka membutuhkan tempat yang sangat rahasia dan hanya untuk mereka dan tidak boleh mengatakannya pada siapa pun di dunia ini. Kemudian Leslie membisikkan bahwa mereka akan menjadi penguasanya.
Kata-kata yang diucapkan Leslie tadi serasa berputar-putar dalam diri Jess. Jess ingin menjadi penguasa sesuatu bahkan sesuatu yang tidak nyata. Kemudian Leslie mengatakan ada di dalam hutan kecil, tempat yang tidak akan didatangi orang untuk merusaknya. Ada bagian dari hutan yang tidak disukai Jess yaitu tempat gelap yang hampir seperti berada di bawah air, tetapi dia tidak mengatakannya.
Kemudian gadis itu menjadi bersemangat dia mengharapkan tempat itu bisa menjadi negeri ajaib seperti Narnia, dan satu-satunya cara untuk sampai ke sana adalah dengan berayun menyeberang dengan tali.
Setelah menemukan tempat yang cocok yang tidak begitu masuk lebih jauh ke dalam hutan, Leslie menamakan tempat rahasia mereka yaitu Terabithia dan dia meminjamkan semua buku tentang Narnia kepada Jess hingga Jess menjadi tahu bagaimana kerajaan ajaib itu dibangun dan bagaimana makhhluk hidup harus dilindungi dan bagaimana penguasa harus bersikap. Kemudian mereka membangun kastil. Di sana keduanya merasa memiliki dunia dan tidak ada musuh.
Hari demi hari mereka lalui dengan canda tawa, gembira. Pada suatu saat terjadi tragedi yang tidak pernah disangka, Leslie meninggal. Ayah Jess mengatakan kepada Jess, “ ada beberapa orang menemukan anak perempuan pagi ini di sungai itu”. Tali tua yang biasanya Jess dan Leslie pakai untuk berayun putus dan kepalanya terbentur sesuatu ketika dia jatuh. Namun apa yang dikatakan ayahnya , Jess tidak percaya. Setelah beberapa saat dia pun mempercayainya.
Setelah kejadian itu Jess memandang Terabithia, dia berharap seandainya itu masih tetap Teabithia. Dia merasakan kehidupan pun tidak sama lagi. Kemudian dia membuat rangkaian bunga untuk penguburan Ratu itu. Beberapa hari kemudian setelah pulang sekolah, Jess pergi ke rumah itu dan mengambil kayu yang dibutuhkannya untuk membangun jembatan menuju Terabithia. May Belle ikut menemani dan ketika anak laki-laki itu selesai, ia menaruh bunga di atas kepala adik perempuannya dan membawanya melintasi jembatan - jembatan agung ke Terabithia,yang tampak hanya seperti beberapa potong papan menyeberangi selokan yang hampir kering. Kemudian Jess berkata, ” May Belle, kau akan menjadi ratu yang semua penghuni Terabithia nanti-nantikan”.
 
 Sinopsis
Jess seorang anak kelas lima SD. Anak laki-laki satu-satunya di keluarganya. Dia punya dua orang kakak perempuan, dan 2 orang adik perempuan. Ayahnya bekerja dari pagi hingga malam. Bahkan ayam jago mereka pun sudah mati, sehingga bisa dibilang, Jess satu-satunya laki-laki di rumah itu.
Obsesi Jess adalah menjadi pelari tercepat di kelas lima, nanti, setelah sekolah masuk sehabis liburan musim panas. Untuk itu, selama liburan, pagi-pagi sekali, Jess berusaha melatih dirinya supaya bisa berlari lebih baik.
Di akhir liburan, rumah pertanian di dekat rumahnya kedatangan penghuni baru. Ada seorang anak seumuran Jess, bernama Leslie. Dan di hari sekolah dimulai, Leslie malah mengalahkan Jess dalam permainan lomba lari tersebut.
Namun itu tak membuat Jess membenci Leslie. Leslie anak yang agak aneh, dan tidak begitu disukai anak-anak lain di sekolah, sama dengan Jess sendiri. Mereka berdua menjadi sahabat, dan Leslie memperkenalkan Jess dengan dunia imajinasi yang tak pernah terbayangkan olehnya sebelumnya.
Jess dan Leslie pun menemukan sebuah tempat rahasia, tempat mereka mendirikan kerajaan Terabithia, dimana mereka berdua menjadi penguasanya. Namun untuk sampai di kerajaan itu, harus menggunakan jalan yang cukup berbahaya. Jalan yang suatu hari merebut nyawa Leslie.
Tragedi itu memaksa Jess berpaling kepada adik kecilnya yang pada awalnya diabaikan, untuk ikut hadir di dunia Terabithia. Si adik, May Belle menjadi putri kecil yang menemani Jess di dunia lain tersebut

Kutipan novel Indonesia karya Mira W dengan judul Matahari di Batas Cakrawala
Ah, aku memang tolol! Tolol! Kalau tidak, masakan begitu gampang kuserahkan mahkotaku yang paling mahal kepada seorang pemuda seperti Darius. Hari – hari sekolahku di SMA memang menyenangkan. Piknik. Nonton. Disko. Kabur dari sekolah, bolos. Orang bilang aku cantik, menarik. Dalam usiaku yang baru tujuh belas, pemuda mana pun yang kuingingkan dapat kuperoleh dengan mudahnya. Kalau kemudian kupilih Darius, aku sendiri tidak tahu sebabnya. Mungkin karena dia yang paling baik. Tidak brengsek. Tidak pernah keluyuran ke disko. Darius, laki – laki yang menyebabkanku hamil itu tidak mau bertanggung jawab dan pindah ke daerah lain. Kemudian, aku bertekad menggugurkan kandungan ini dan aku melakukannya dengan bantuan dukun karena permintaanku ditolak oleh dokter Irwan. 
Ketika aku sedang berbicara dengan dokter Irwan membicarakan untuk menggugurkan kandungan ini, aku terjatuh lemas. “Wita”, sahut dokter Irwan kepadaku. Setelah sadar aku telah mengalami pendarahan hebat dan terkena infeksi rahim. Kesalahanku di masa remaja itu menyebabkan kesempatanku untuk menjadi seorang ibu sangat kecil.
Aku kemudian menikah dengan Irwan, dokter muda yang merawatku dan kemudian jatuh cinta kepadanya. Kami hidup sangat bahagia, meskipun sudah setahun perkawinan kami tidak dikaruniai anak. Namun, harapan kami untuk menjadi orang tua sangat besar. Tuhan pun memberikan kesempatan dan mengabulkan permintaan kami pada tahun kedua. Aku hamil! tetapi dokter kandungan melarangku hamil karena dapat membahayakan jiwaku. Akan tetapi, Aku masih tetap pada pendirian untuk menjadi seorang ibu dan menjadikan Irwan sebagai ayah.
Sebagai seorang dokter Inpres, Irwan harus dikirim ke daerah terpencil dan aku masih berkeras hati untuk mengikutinya, meskipun sedang hamil. Suka duka yang dialami sebagai istri dokter Inpres, sedikit demi sedikit mengubah sifatku yang manja menjadi seorang istri yang matang penuh tanggung jawab dan amat mencintai suaminya yang selalu sibuk dilibat tugas di desa. Kemudian hari itu tiba, aku pun melahirkan dengan susah payah dan terpaksa rahimku diangkat karena sudah terinfeksi, sehingga tidak ada kesempatan lagi untuk mempunyai anak. Nike, anak perempuan kami, diyakini sebagai pelengkap kebahagiaan kami.
Aisah adalah perempuan yang mencoba menggoda Mas Irwan. Aku pun berhasil mengusir perempuan itu dari kehidupan suamiku, dan pada suatu hari ketika aku dan Nike ke kota untuk menjumpai orang tuaku, Aisah datang ke tempat Mas Irwan untuk menggugurkan janin hasil perkosaan pamannya. Irwan pun melakukannya karena dia mengingat ketika menolak permintaanku dan kematian hampir mengancam. Kemudian aku dan Nike pun kembali dan setibanya mereka di sana, Irwan sedang diperiksa polisi atas tuduhan menggugurkan kandungan pasiennya. Padahal aku tahu sekali, Irwan paling anti pada segala macam abortus. Akhirnya Irwan pun dipenjara. 
Ya Tuhan! Anakku polio? L-u-m-p-u-h..? Seperti petir kata- kata dokter itu menyambar telingaku. Kali ini dokter menatapku dengan iba. Dia mengatakan bahwa anakku Nike yang berumur tiga tahun itu menderita leukimia. Keterbatasan persediaan obat dan tenaga medis di desa terpencil itu makin memperburuk keadaan. Ketika kembali ke sisi Nike senja itu, aku sudah merasa waktunya hampir tiba. Saat perpisahan sudah di depan mata. Kemudian Nike akhirnya meninggal, walaupun belum melihat ayahnya yang dipenjara itu. Tangisan pun menggelegar, Irwan baru bisa datang setelah dia meninggal. Kemudian Irwan, dinyatakan gagal menjadi dokter dan ditarik kembali ke kota. Disana dia tidak boleh menjadi dokter, sehingga mencari pekerjaan lain yaitu berdagang dan Wita menjadi guru Inggris. Akhirnya Aku dan Mas Irwan mengangkat anak bernama Nita. Sesungguhnya, matahari hidup kami memang masih di batas cakrawala. Tapi bukan matahari yang hampir terbenam. Melainkan fajar yang hampir menyingsing.


Sinopsis
Wita adalah seorang gadis remaja yang hidupnya terlalu bebas. Ia terjerumus dalam hubungan suami istri tanpa ikatan pernikahan dan hamil. Darius, laki – laki yang menyebabkannya hamil itu tidak mau bertanggung jawab dan pindah ke daerah lain. Kemudian, ia bertekad menggugurkan kandungannya dan ia melakukannya dengan bantuan dukun karena permintaanya ditolak oleh dokter yang ternyata tak terduga akan menjadi suaminya yang sangat baik dan penyayang. 
Karena kesalahan di masa remajanya, kesempatan Wita untuk menjadi seorang ibu sangat kecil. Dokter melarangnya hamil. Karena kehamilan dapat membahayakan jiwanya. Wita kemudian menikah dengan Irwan, dokter muda yang merawatnya dan kemudian jatuh cinta kepadanya. 
Suka duka sebagai istri dokter Inpres yang dikirim ke daerah yang terpencil, sedikit demi sedikit mengubah sifat Wita yang manja menjadi seorang istri yang matang penuh tanggung jawab dan amat mencintai suaminya yang selalu sibuk dilibat tugas di desa. Dia bahkan rela mempertaruhkan nyawanya di atas meja operasi dan mengorbankan rahimnya daripada harus menggugurkan kandungannya yang kedua. Nike adalah buah cintanya dengan Irwan, yang diyakininya sebagai pelengkap kebahagiaan mereka. 
Tetapi Tuhan rupanya berkehendak lain. Bertubi – tubi empasan badai menghantam Wita dan Irwan. Mulanya, Irwan ditahan atas tuduhan menggugurkan kandungan pasiennya. Padahal Wita tahu sekali, Irwan paling anti pada segala macam abortus. Lalu, tiba – tiba putri mereka terserang penyakit yang mematikan.

Membandingkan Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Novel Terjemahan dan Novel Indonesia
1 Unsur Intrinsik
Tema novel Indonesia adalah menjalani kehidupan yang menyedihkan sedangkan tema novel terjemahan adalah persahabatan
Dalam novel karya Mira W. terdapat alur campuran : alur dimulai dari masa sekarang kemudian menceritakan masa lalu, alur konversional : tidak mengikuti urutan periode dari awal, namun dari munuju konflik, kemudian ke pengenalan masalah, kemudian ke pengungkapan peristiwa, kemudian ke puncak konflik, dan penyelesaian., alur tunggal : hanya menceritakan kehidupan satu tokoh, alur rapat/erat : hubungan peristiwa antara satu dan lainnya sangat erat dan padu serta tidak mungkin dipenggal – penggal sedangkan dalam novel terjemahan karya Katherine Paterson terdapat alur campuran, alur konvensional : berurut dari awal sampai akhir, alur ganda : menceritakan dua kehidupan tokoh yakni Jess dan Leslie, alur longgar : dapat dimengerti meskipun ketinggalan satu bagian cerita masih dapat dimengerti.
Teknik penokohan pada novel Indonesia yaitu analitik dan terjemahan yaitu dramatik
Watak tokoh pada novel Indonesia
o Wita : baik, lembut, genit, mudah cemburu, manja, tabah, cantik, menarik
o Irwan : penyayang, baik, pengertian, paling anti pada segala macam abortus
o Nike : lucu, manis, polos
o Darius : tidak bertanggung jawab, seenaknya, tidak pernah keluyuran ke disko
o Aisah : penggoda, baik
Sedangkan watak tokoh pada novel terjemahan
Jess : giat,penyayang,penurut,penakut
May Belle :baik,penyayang,penurut
Ellie : baik,suka mengejek
Brenda : baik,suka mengejek
Leslie : tidak sombong,ramah,berani
Ibu : mudah marah,baik,penyayang
Sudut Pandang pada novel Indonesia adalah author – participant (menggunakan aku) agar pembaca dapat merasakan kehidupan tokoh sedangkan pada novel terjemahan menggunakan author – observer( pengarang sebagai pengamat)
Setting Tempat, Waktu, dan Suasana pada novel Indonesia tempat : desa kecil dengan suasana sederhana; tempat: rumah sakit dengan suasana :menyedihkan. Dalam novel terjemahan tempat :Desa, hutan, sekolah waktu: pagi, siang dengan suasana : menyenangkan,sedih
Amanat yang terdapat dalam novel karya Mira W yaitu mengajarkan agar kelak tidak melakukan kesalahan yang sama dan akibat yang fatal seperti yang dilakukan Wita sedangkan pada novel Bridge to Terabithia yakni Ingat dan hargai selalu temanmu, giatlah dalam melaksanakan sesuatu sampai tercapai, jangan meletakkan kebahagiaan maupun kesedihan pada satu orang. Jangan bergantung pada satu orang untuk membuat bahagia. Letakkanlah pada banyak hal dan banyak orang sehingga kehilangan seseorang tidak akan membuat hari-hari kita merana.
2 Unsur ekstrinsik
Riwayat Hidup Pengarang
Mira W. ( novel Indonesia) lahir dan dibesarkan di Jakarta. Mulai menulis cerpen di majalah-majalah ibukota seperti Femina, Kartini, Dewi, dan lain-lain sejak tahun 1975, dengan nama M.Wijaya. Cerpennya yang pertama berjudul Benteng Kasih, dimuat dalam majalah Femina tahun 1975. Menulis novel sejak tahun 1977.
Katherine Paterson (novel terjemahan) adalah seorang pengarang buku untuk anak – anak. Dia lahir pada 31 Oktober tahun1932. Dia lulus sastra inggris di di King College di Bristol, Tennesse. Dia kemudian bekerja di Jepang. Novel pertamanya ditulis ketika mengambil kursus jurusan menulis. 
Nilai – nilai yang terdapat dalam novel Indonesia yakni nilai ketuhanan : jangan menyia –yiakan anugerah dari Tuhan sedangkan pada novel terjemahan, nilai ketuhanan : manusia boleh berencana, tetapi Tuhan yang berkehendak; nilai agama pada novel Indonesia: kita harus mensyukuri pemberian Tuhan sedangkan pada novel terjemahan tidak ada; nilai moral pada novel indonesia: jangan melakukan hubungan seksual sebelum menikah dan tidak melakukan aborsi, sedangkan pada novel terjemahan : selalu membantu temanmu yang membutuhkan; pada novel Indonesia nilai sosial : saling tolong- menolong pada sesama yang membutuhkan sedangkan pada novel terjemahan, nilai sosial : ingat dan hargai selalu temanmu; nilai pendidikan pada novel Indonesia : jangan membolos pelajaran sekolah demi melakukan hal yang tidak penting sedangkan nilai pendidikan pada novel terjemahan : giatlah dalam melaksanakan sesuatu sampai tercapai; nilai budaya pada novel Indonesia : dilarang melakukan aborsi sedangkan pada novel terjemahan,nilai budaya : tempat yang ada di dalam hutan kecil biasanya dirusak orang; nilai psikologis pada novel Indonesia : tabahlah dalam menghadapi segala macam persoalan hidup yang mendera sedangkan pada novel Indonesia: jangan meletakkan kebahagiaan maupun kesedihan pada satu orang

0 komentar:

Posting Komentar